Jumat, 21 Januari 2011

Menebus Kesalahan Secara Positif

Suatu hari ketika Mahatma Gandhi sedang berpuasa di India, ada seseorang menghampiri beliau dan berkata, “Saya pasti akan masuk neraka dan tak seorang pun dapat menyelamatkan saya. Tapi saya masih ingin mempersembahkan makanan untuk Anda karena Anda berpuasa untuk kami. Saya tidak ingin Anda meninggal karena kelaparan dan menambah daftar kesalahan saya ketika saya masuk neraka.”

Orang itu menawarkan Gandhi sepotong roti dan memohon kepada Beliau untuk memakannya, sambil berkata, “Mohon Anda memakan roti ini, saya tidak akan siap untuk masuk neraka sampai Anda memakan roti ini.”

Gandhi bertanya kepada orang tersebut, mengapa dia berpikir dia akan masuk neraka. Orang itu menjawab, anaknya telah dibunuh dalam suatu pertikaian. Jadi, sebagai balasan, dia telah membunuh anak musuhnya tersebut dengan kejam, tapi sesudahnya dia merasa sangat menyesal.
Gandhi lalu berkata, “Saya tahu satu cara untuk selamat dari api neraka. Carilah seorang anak lain yang sudah tidak memiliki orang tua atau anak lainnya yang tanpa orang tua, bawalah anak itu ke rumah, pelihara dan didiklah dia sehingga menjadi seorang yang bijaksana. Maka Anda tidak akan masuk neraka.”

Saya pikir cara yang disarankan Gandhi tidak secara langsung dapat menghapus karma orang itu, kita juga tidak tahu apakah metode tersebut bisa menyelamatkan orang itu dari neraka. Paling tidak rasa bersalahnya mungkin akan terhapus selama sisa hidupnya. Juga dia mungkin mengalami jalinan kebahagiaan antara anak dengan ayah ketika membesarkan anak tersebutDengan mengadopsi seorang anak yatim piatu, maka akan membuatnya percaya diri dan puas; hal ini merupakan obat untuk mengurangi rasa bersalahnya.

Jika orang itu terus menerus mengeluhkan rasa bersalahnya, hal ini tidak akan menolongnya sama sekali. Siapa yang dapat menolongnya ? Kita akan menyalahkan diri kita setiap hari, kita tidak dapat menghapus rasa bersalah dalam hati ketika kita tahu kita telah melakukan sesuatu yang buruk, kecuali kita mengalami suatu kegembiraan yang dapat mengurangi rasa bersalah yang terdahulu, dan menguranginya seolah tidak pernah terjadi.

Ketika kita tenggelam dalam kegelapan, kita tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain; kita menjadi acuh-tak-acuh dengan apa yang dikatakan orang. Bahkan ketika mereka menceritakan sesuatu yang lucu, paling-paling kita hanya tersenyum kemudian mengubur kembali diri kita dalam perasaan negatif, tidak mampu membuat diri kita bahagia; karena kesenangan itu tidak ada hubungannya dengan rasa bersalah kita.

Penyesalan yang sesungguhnya ialah mengajar diri sendiri, membantu diri sendiri, mendukung diri sendiri dan mengingatkan diri sendiri untuk melakukan yang lebih baik di masa yang akan datang. Kita harus mencatat hal-hal yang kita ketahui baik untuk diri sendiri dan orang lain, dan melakukannya sebaik mungkin. Sementara itu, kita harus mengubah kebiasaan buruk kita satu per satu hingga tidak ada yang tersisa.

Jadi, kita perlu untuk memperhatikan kedua aspek itu daripada berkutat dengan perasaan bersalah setiap hari dan tinggal dalam kegelapan tanpa mencoba suatu solusi yang positif. Itu tidak baik dan tidak berguna bagi kita. Kita harus mencari jalan keluar, dan ketika kita melakukan perbuatan baik, kita akan merasa nyaman, termotivasi dan secara pelahan-lahan melupakan dosa-dosa kita.

Dengan cara ini kebiasaan buruk kita akan berubah secara alami dan kita akan memaafkan diri sendiri..

Kita mendengar bahwa pelaku kejahatan masuk neraka untuk belajar dan menebus kesalahan mereka. Tapi ada cara yang lebih baik, cara yang lebih positif. Misalnya, jika di masa lalu kita mencuri uang, sekarang tidak hanya kita berhenti mencuri, tetapi kita juga harus memberi; kita harus beramal dan membantu orang yang butuh bantuan.

Kita jangan hanya pasif dan negatif, sebaliknya, kita harus aktif dan positif! Jika kita hanya berhenti melakukan perbuatan negatif, masih sangat pasif. Kita harus melakukan perbuatan baik untuk memperbaiki kesalahan yang terdahulu. Tindakan yang aktif dan positif, dan hal itu dapat menghapus dosa kita..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar